Sulawesi Barat, 28 Maret 2024 – Puso, yang juga dikenal sebagai “Jantung Pisang,” telah menjadi salah satu kuliner yang paling disukai oleh mayoritas masyarakat tradisional Provinsi Sulawesi Barat.
Meskipun demikian, dalam sejarahnya, puso tidak pernah mendapat perhatian yang layak, bahkan di zaman kerajaan di beberapa daerah Sulawesi Barat.
Konon, cerita dimulai ketika para raja hanya mengambil buah pisang dan membuang puso ke tempat sampah. Namun, hal ini berubah ketika para pekerja kebun milik Sang Raja memutuskan untuk memanfaatkannya dengan cara mengolahnya menjadi kuliner. Puso diolah menjadi berbagai varian sayur-mayur dan lauk-pauk, sering kali dicampur dengan “Barungan atau Atti” (Kerang Laut).
Dengan rasa yang lezat, terutama ketika dicampur dengan kerang laut, puso akhirnya menjadi primadona bagi masyarakat Sulawesi Barat. Bahkan, kini puso menjadi salah satu makanan yang paling dinantikan, terutama saat bulan Ramadan. Para pecinta kuliner dapat menemukan puso di pasar-pasar tradisional dan jajanan takjil yang berjejer di pinggir jalan Trans Sulawesi.
Puso, kuliner yang awalnya terpinggirkan, kini menjadi simbol kelezatan dan kekayaan kuliner Sulawesi Barat yang patut dicicipi oleh semua orang.
Seiring dengan berjalannya waktu, puso tidak hanya menjadi makanan pokok dalam masyarakat Sulawesi Barat, tetapi juga menarik perhatian dari luar daerah. Peningkatan popularitasnya telah membawa berkah bagi para pedagang lokal yang merambah bisnis kuliner dengan puso sebagai menu andalan mereka.
Puso juga telah menjadi bagian penting dari promosi pariwisata daerah. Wisatawan yang mengunjungi Sulawesi Barat tidak hanya terpesona oleh keindahan alamnya, tetapi juga oleh keanekaragaman kuliner tradisionalnya, di antaranya adalah puso.
Inovasi dalam Penyajian Puso
Dalam upaya untuk terus mengembangkan puso, banyak koki dan pengusaha kuliner lokal yang berinovasi dalam penyajian dan kombinasinya. Mulai dari puso goreng, puso bakar, hingga puso dengan saus khas daerah, semua menciptakan variasi yang menarik bagi para penikmat kuliner.
Selain itu, puso juga dijadikan sebagai bahan dalam kreasi-kreasi modern, seperti puso pizza, puso burger, dan puso salad, menggabungkan cita rasa tradisional dengan sentuhan kontemporer yang segar.
Mempromosikan Kearifan Lokal
Lebih dari sekadar sebuah kuliner, puso juga menjadi simbol kearifan lokal dan keberagaman budaya di Sulawesi Barat. Pembuatan dan penyajiannya yang mempertahankan tradisi turun-temurun juga menjadi bagian dari warisan budaya yang patut dilestarikan.
Dengan demikian, puso bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga mewakili identitas dan kebanggaan masyarakat Sulawesi Barat atas warisan kuliner dan budayanya. Keberadaannya yang semakin dikenal dan diapresiasi di seluruh Indonesia menunjukkan bahwa puso telah berhasil menempatkan Sulawesi Barat sebagai destinasi kuliner yang tak terlupakan.(Kp/ed:Arja)